Rabu, 30 Mei 2012

PENJELASAN PENGAKUAN IMAN GEREJA TORAJA


PENJELASAN PENGAKUAN IMAN GEREJA TORAJA


Pendahuluan


Pada tanggal 27 November 1981 Gereja Toraja akhir-nya memiliki Pengakuan sendiri sebagai hasil pergumulan melalui Keputusan Rapat Komisi Usaha Gereja Toraja (KUGT) Lengkap berdasarkan penugasan dan Keputusan Sinode Am XVI di Makale, Juli 1981.
Pengakuan Iman Gereja Toraja disusun berdasarkan kerinduan Gereja Toraja memiliki Pengakuan sendiri yang relevan dan fungsional. Kerinduan ini telah dituangkan ke dalam Keputusan Sinode Am XIII di Palopo, tahun 1972, yang merupakan peningkatan tekad Gereja Toraja sejak ia berdiri sendiri.
Hal ini dapat kita lihat dalam Peraturan Gereja Toraja pasal 37 (edisi 1970) yang berbunyi:
“Pengakuan Iman Gereja Toraja didasarkan atas sege-nap Alkitab, yakni Firman Allah yang diterangkan di dalam tiga naskah kesatuan yaitu: Katekhismus Heidel-berg, 37 pasal Pengakuan Gereformeerd dan 5 pasal penentang Remonstran.”
Dari pasal Peraturan Gereja Toraja tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1.   Gereja Toraja belum mempunyai Pengakuan yang dirumuskan sendiri.
2.  Dasar Pengakuan itu ialah segenap Alkitab menurut tafsiran tiga naskah keesaan.
Jadi selama ini tidak berarti bahwa Gereja Toraja hidup dan bekerja tanpa pengakuan.
Dasar keberadaan Gereja Toraja tidak lain dari Penga-kuan bahwa KRISTUS ITULAH TUHAN!
Sadar atau tidak sadar setiap Gereja yang mengaku dirinya Gereja Kristen, harus berada di atas dasar pengakuan itu, karena dasar lain tidak ada (1Kor. 3:11).
Pengakuan Gereja yang disajikan ini adalah hasil dari satu proses penyusunan melalui bentuk konsultasi khusus dengan ceramah-ceramah/prasaran-prasaran dan diskusi-dis-kusi yang diselenggarakan oleh Komisi Khusus Pengakuan Iman Gereja Toraja untuk memperoleh sebanyak mungkin bahan masukan.
Bahan masukan ini merupakan bahan utama dalam penyusunan selanjutnya oleh Komisi Khusus Pengakuan Iman Gereja Toraja. Rumusan-rumusan Pengakuan ini tidak ditemukan melalui buku-buku pegangan theologis, melain-kan melulu melalui proses tersebut di atas.
Pengakuan ini dapat disebut asli (orisinil) karena ia hanya mau mengaku bahwa: “YESUS KRISTUS ITULAH TUHAN DAN JURUSELAMAT”, dalam ketaatan kepada Firman Allah di tengah-tengah pergumulan hidup yang konkret, di sini dan sekarang.
Tujuan, sifat, fungsi dan wibawa suatu pengakuan gereja dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tujuan Pengakuan Iman Gereja Toraja


Tujuan Pengakuan Iman Gereja Toraja ini ialah untuk dijadikan pegangan dan pedoman bagi pelaksanaan tugas gereja di tengah-tengah dunia dimana Gereja Toraja ditem-patkan Tuhan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pengakuan Iman Gereja Toraja teristimewa sebagai bahan utama untuk kegiatan-kegiatan pembinaan dan pendidikan agama.
Pengakuan Gereja itu barulah merupakan Pengakuan bila ia berfungsi di tengah-tengah kehidupan gereja sehari-hari.
-      Tuhan Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia dengan berbagai-bagai cara. Penyataan Allah itu menimbulkan jawaban manusia secara spontan[1] maupun reflektif[2]. Alkitab penuh dengan jawaban manusia terhadap penyataan Allah.
Pengakuan tidak lain daripada jawaban manusia atas penyataan Allah secara reflektif. Pengakuan gereja me-rupakan rumusan hasil refleksi Gereja mengenai penyataan Allah.
-      Allah menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus kepada dunia (Yoh. 3:16). Oleh sebab itu setiap Pengakuan yang berdasarkan penyataan itu harus Kristologis,[3] bahkan Kristosentris[4] (1Kor. 2:2, Mat. 16:16).
Kristus datang untuk seluruh dunia (kosmos). Oleh sebab itu Pengakuan harus bersifat Universal. Pengakuan tidak boleh membatasi diri kepada pribadi-pribadi, ke-pada Gereja atau daerah tertentu.
     Jangkauannya harus umum dan terbuka serta harus me-nampakkan kasih dan keprihatinannya terhadap dunia.

Sifat-Sifat Pengakuan


a.   Pengakuan adalah rumusan Gereja sebagai hasil reflek-sinya terhadap penyataan Allah. Hal itu berarti bahwa pengakuan itu hanya mempunyai kuasa (otoritas) sekun-der. Ia merupakan norma yang ditentukan oleh Alkitab. Ia tidak boleh ditempatkan di atas atau di samping Alkitab, yang merupakan satu-satunya norma yang mutlak.
b.  Pengakuan sebagai satu rumusan refleksi mempunyai sifat keterbatasan dan keterikatan. Ia terbatas dan terikat pada cara berpikir tertentu dengan latar belakang kebudayaan dan keadaan tertentu.
c.   Kebenaran yang dirumuskan itu tetap sama, tetapi bentuk rumusan bisa berubah-ubah sesuai dengan dinamika[5] refleksi manusia.
     Sebab itu tidak ada pengakuan yang sempurna, yang lengkap dan yang berlaku untuk selama-lamanya. Pe-ngakuan itu harus dinamis sesuai dengan dinamika Injil yang mendatangkan keselamatan (Rm. 1:16).
d.  Setiap Pengakuan harus merupakan jawaban manusia terhadap penyataan Allah di dalam situasi konkret, di sini dan sekarang.

Fungsi Pengakuan


Setiap pengakuan harus berfungsi di tengah-tengah kehidupan gereja dalam arti:
a.   Sebagai ungkapan iman.
“Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang kami lihat dan yang telah kami dengar (Kis. 4:20). “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata (2Kor. 4:13).
b.  Sebagai kesaksian dan pertanggungjawaban peng-harapan.
“Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang peng-harapan yang ada padamu.” (1Ptr. 3:15 bnd. 2Tim. 1:8; 2:25).
c.   Sebagai pegangan untuk membedakan ajaran yang benar dari ajaran yang salah.
d.  Untuk memelihara kesatuan iman.
e.   Sebagai pegangan untuk menyatakan kebenaran iman dan melanjutkannya kepada generasi yang berikut.

Wibawa Pengakuan


a.   Secara mutlak Pengakuan Gereja tidak perlu. Yang perlu ialah satu-satunya Firman Allah.
b.  Pengakuan mempunyai wibawa oleh karena ia berdiri di atas Alkitab.Tetapi pengakuan sebagai rumusan refleksi manusia adalah pekerjaan manusia. Oleh sebab itu ia tidak boleh disamakan dengan Firman Allah dan setiap saat ia dapat dilengkapi atau diubah bila perlu.

Struktur Pengakuan Iman Gereja Toraja


            Inti Pengakuan Iman Gereja Toraja ialah Pengakuan Gereja yang Am, yaitu: “YESUS KRISTUS ITULAH TUHAN DAN JURUSELAMAT”, yang dijabarkan melalui garis pemi-kiran sebagai berikut:
Allah berfirman kepada manusia yang ditebus, diku-duskan dan dipanggil menjadi Umat Allah untuk disuruh ke dalam dunia bagi pekerjaan penyelamatan menuju zaman akhir”.
Penjelasan selanjutnya tidak mempunyai praanggapan bahwa segala sesuatu sudah akan jelas, karena penjelasan ini hanya menonjolkan pokok-pokok yang penting, bab demi bab. Ada butir-butir dari pengakuan ini yang tidak perlu dijelaskan karena dianggap sudah jelas.
Mudah-mudahan penjelasan singkat ini dapat mem-bantu anggota jemaat dalam pemahaman pengakuan iman-nya. Diharapkan pula agar suatu waktu ada rekan-rekan yang mau menyusun buku pegangan katekisasi, baik untuk Guru, maupun untuk murid, berdasarkan Pengakuan ini.

Inti Pengakuan Iman Gereja Toraja (Mukadimah):


“YESUS KRISTUS ITULAH TUHAN DAN JURUSELAMAT.”

Kita perlu memperhatikan istilah “itulah”. Memang di dalam ayat-ayat pendukung dari pengakuan inti ini kita dapati istilah adalah dan bukan itulah. Namun istilah “itulah” yang dipilih dengan alasan: Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat memang benar, dan tidak dapat disangkal; tetapi kalau kita sungguh-sungguh mau mengaku secara relevan di tengah-tengah lingkungan kita, maka pengakuan itu baru merupakan pernyataan yang netral, belum meru-pakan suatu pilihan.
Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat memang benar, tetapi itu belum berarti bahwa selain Yesus tidak ada lagi Tuhan dan Juruselamat lainnya.
Di sinilah letak persoalannya. Justru di dalam ke-hidupan kita terdapat banyak kuasa yang ingin pula diakui sebagai tuhan dan juruselamat. Di dalam kehidupan manusia umumnya dan mungkin di dalam kehidupan kita sendiri masih terdapat saingan-saingan Kristus sebagai Tuhan dan Juru-selamat.
Pengharapan kita sering lebih dijamin oleh harta kekayaan, pangkat, kuasa, kedudukan sosial, akal budi, ilmu pengetahuan, ajaran-ajaran sesat, kesalehan dan sebagainya.
Memang Kristus Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, tetapi selain DIA masih banyak tuhan dan juruselamat/ mesias yang lain. Sebab itu kita memilih istilah “itulah”.
Itulah, berarti kita jelas memilih. Mungkin orang beranggapan bahwa banyak kuasa yang bisa kita andalkan sebagai Tuhan dan Juruselamat. Di mana-mana memang Kristus punya banyak saingan, tetapi bagi kita tidak ada pilihan lain: “YESUS KRISTUS ITULAH TUHAN DAN JURUSELAMAT”. Dalam Pengakuan ini kata “kita” dipakai dan bukan kata “kami” percaya. Dengan mempergunakan kata “kita” dimaksudkan agar setiap pendengar atau pembaca diajak menghayati dan mengamalkan isi Pengakuan ini. Jadi kata “kita” dimaksudkan untuk melibatkan semua pendengar/pembaca. Itu berarti bahwa tekanan diberikan baik kepada situasi dan kebutuhan ke dalam (Pembinaan Warga Gereja), maupun kepada ajakan bagi mereka yang bukan Warga Gereja untuk mendengar, menghayati dan mengamalkan isi pengakuan ini (segi kerasulan). Dengan kata lain, Pengakuan Iman Gereja Toraja dimaksudkan untuk kebutuhan pembinaan demi tugas kerasulan Gereja.
Pengakuan Oikumenis maksudnya ialah bahwa Gereja Toraja adalah bagian dari Gereja yang Am, sedang Pe-ngakuan Iman Gereja Toraja berada dalam rumpun reforma-toris menurut paham Calvin.



[1]     Jawaban spontan: artinya jawaban yang diberikan secara langsung.
[2]     Jawaban reflektif: artinya jawaban yang diberikan setelah dipikir-pikir lebih dahulu.
[3]     Kristologis: Ajaran yang benar tentang Kristus.
[4]     Kristosentris: Ajaran yang berpusat pada Kristus.
[5]     Dinamika: Kekuatan.

2 komentar: