Manusia
1. Manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya.
Gambar Allah adalah hubungan dalam
tanggung jawab dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam semesta,
dalam pengenalan yang benar, kesucian, kebe-naran dan kasih.[1]
2. Gambar Allah sebagai hubungan dalam tanggung jawab
menempatkan seluruh manusia di dalam kedudukan yang sama dan mengikat seluruh
manusia dalam satu kesatuan untuk hidup saling mengasihi.[2]
3. Gambar Allah sebagai hubungan dalam tanggung jawab
membedakan manusia dari makhluk lainnya dan mem-berikan kedudukan kepadanya
untuk memerintah, me-naklukkan dan memelihara alam semesta sebagai man-dataris
Allah.[3]
4. Manusia diciptakan dalam kesatuan tubuh dan jiwa.
Jiwa tidak ilahi dan tidak lebih penting
daripada tubuh dan sebaliknya; oleh sebab itu, roh dan tubuh, hal rohani dan
hal jasmani sama pentingnya. Manusia dipanggil memelihara tubuhnya sebagai Bait
Allah dalam kesucian.[4]
5. Manusia sebagai ciptaan Allah yang baik telah jatuh ke
dalam dosa, karena keinginan manusia menjadi seperti Allah.[5]
6. Dosa adalah pemutusan hubungan yang benar dengan Allah
serta pemberontakan terhadap Allah di dalam ke-hidupan sehari-hari. Pemutusan
hubungan dengan Allah berarti kematian manusia seutuhnya.[6]
7. Pemutusan hubungan yang benar dengan Allah mengaki-batkan
umat manusia tidak lagi sanggup hidup dalam kebenaran dan kesucian serta
ketaatan terhadap hukum Allah, dalam hubungan dengan sesama manusia dan alam
semesta, sehingga manusia berada di bawah hukuman murka Allah.[7]
8.
Kita mengenal dosa
kita dari Alkitab dan bukan dari ber-bagai malapetaka, penyakit dan penderitaan
sebagai aki-batnya. Roh Kuduslah yang menginsafkan kita akan dosa-dosa kita.[8]
9.
Begitu besar kasih
setia Allah sehingga Ia memulihkan kembali hubungan yang benar dengan manusia
di dalam Yesus Kristus, manusia benar dan sejati itu.[9]
Manusia
1. Bab III menyangkut jawaban atas pertanyaan: Siapakah
manusia itu?
Di
sekitar kita terdapat bermacam-macam paham menge-nai manusia (anthropologi).
Ada paham yang mengata-kan bahwa manusia itu ilahi, ada pula yang mengatakan
bahwa ia adalah makhluk. Karena manusia adalah ciptaan, maka sebenarnya
kedudukannya sering tidak lain daripada boneka yang hidup. Sering
manusia dalam kesalehannya dan kedudukannya sebagai ciptaan/ makhluk belaka
terlalu cepat dan mudah bersembunyi di balik kedudukan itu. Manusia terlalu
cepat menyerah kepada takdir, nasib atau dalle’ sebagai kehendak Allah yang
tidak dapat dan tidak boleh dihindari.
Pendapat
demikian akhirnya menjadikan Allah bertang-gung jawab atas yang jahat dan yang
salah. Allah yang menghendaki. Di lain pihak ada pendapat bahwa manusia itu
serba bisa. Ilmu pengetahuan dan tehnologi membuka kemungkinan-kemungkinan yang
bisa menjadi-kan manusia ilahi. Bahkan manusia yang serba bisa itu akhirnya
bukan saja menempati kedudukan Allah Pencipta, melainkan ia bisa juga
menyangkal Allah.
Bagaimana
pandangan Alkitab? Butir 1, 2, 3 dalam Bab III ini merupakan inti pengakuan
kita mengenai manusia yang hina, tetapi mulia.
Ia
diciptakan hampir sama seperti Allah, namun ia tetap ciptaan/makhluk belaka.
Dalam kekecilannya manusia adalah makhluk, namun ia adalah makhluk yang bertang-gung
jawab dan itulah kebesarannya.
Segala
sesuatu harus kita pertanggungjawabkan di hada-pan Allah. (Pkh. 12:14 - bnd.
11:9).
2.
Manusia adalah satu
kesatuan yang utuh, terdiri dari jiwa/ roh dan tubuh.
Bukan saja jiwa yang penting, tetapi juga tubuh. Sebab
itu, kesejahteraan jiwa/roh dan tubuh sama pentingnya. “Tidak tahukah kita
bahwa tubuh kita adalah rumah Roh Kudus/Bait Allah?” (1Kor. 6:19).
Dengan demikian kita bertanggung jawab untuk hidup suci.
Kesucian dan kesejahteraan menyangkut pula tang-gung jawab di bidang seks,
narkotika, kelestarian lingku-ngan, polusi, dan sebagainya.
3.
Pandangan tentang
manusia menurut Alkitab tidak mungkin tanpa menyebut dosa.
Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah dan sekaligus
pemutusan hubungan dengan Allah. Akibatnya ialah maut. Manusia binasa di
hadapan Allah, tetapi kasih setia Allah di dalam Yesus Kristus telah
menyelamatkannya.
4.
Malapetaka,
penyakit, penderitaan, adalah akibat dari dosa manusia, karena seluruh ciptaan
Allah sudah berada di bawah pengaruh dosa (Rm. 8:20,22).
Namun tidak dapat dikatakan bahwa setiap malapetaka,
penyakit atau bentuk penderitaan lainnya adalah akibat langsung dari
dosa tertentu.
Memang tidak dapat disangkal bahwa semua dosa bisa saja
langsung mendapat hukuman dari Allah, tetapi te-rutama di dalam tugas
penggembalaan kita tidak boleh terlalu mudah mencari-cari dosa tertentu sebagai
penye-bab dari suatu penderitaan. Kita mengenal dosa dari Alkitab. Itulah
sumber pengenalan kita.
[6] 1Yoh. 3:4; Yoh.
15:23-24; Luk. 15:21; Kej. 6:5; 8:21; Mrk. 7:21-23; Rm. 6:23; 5:12; 7:18-19.
[7]
Mzm. 14:1-3; 53:2-4; Kej. 3:14-24; Hos. 1:2; Yoh. 8:34; Rm. 1:18; 2:5;
3:10-18; 6:23; 7:13-26; Ef. 2:1.
[9]
Yoh. 3:16; Rm. 3:23-26; 5:15, 17, 21 - bnd. Rm. 8:29; 1Kor. 15:45-49; 2Kor.
3:18; 4:4; Kol. 1:15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar