Rabu, 30 Mei 2012

Manusia


Manusia


1.   Manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya.
Gambar Allah adalah hubungan dalam tanggung jawab dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam semesta, dalam pengenalan yang benar, kesucian, kebe-naran dan kasih.[1]
2.  Gambar Allah sebagai hubungan dalam tanggung jawab menempatkan seluruh manusia di dalam kedudukan yang sama dan mengikat seluruh manusia dalam satu kesatuan untuk hidup saling mengasihi.[2]
3.  Gambar Allah sebagai hubungan dalam tanggung jawab membedakan manusia dari makhluk lainnya dan mem-berikan kedudukan kepadanya untuk memerintah, me-naklukkan dan memelihara alam semesta sebagai man-dataris Allah.[3]
4.  Manusia diciptakan dalam kesatuan tubuh dan jiwa.
Jiwa tidak ilahi dan tidak lebih penting daripada tubuh dan sebaliknya; oleh sebab itu, roh dan tubuh, hal rohani dan hal jasmani sama pentingnya. Manusia dipanggil memelihara tubuhnya sebagai Bait Allah dalam kesucian.[4]
5.   Manusia sebagai ciptaan Allah yang baik telah jatuh ke dalam dosa, karena keinginan manusia menjadi seperti Allah.[5]
6.  Dosa adalah pemutusan hubungan yang benar dengan Allah serta pemberontakan terhadap Allah di dalam ke-hidupan sehari-hari. Pemutusan hubungan dengan Allah berarti kematian manusia seutuhnya.[6]
7.   Pemutusan hubungan yang benar dengan Allah mengaki-batkan umat manusia tidak lagi sanggup hidup dalam kebenaran dan kesucian serta ketaatan terhadap hukum Allah, dalam hubungan dengan sesama manusia dan alam semesta, sehingga manusia berada di bawah hukuman murka Allah.[7]
8.   Kita mengenal dosa kita dari Alkitab dan bukan dari ber-bagai malapetaka, penyakit dan penderitaan sebagai aki-batnya. Roh Kuduslah yang menginsafkan kita akan dosa-dosa kita.[8]
9.   Begitu besar kasih setia Allah sehingga Ia memulihkan kembali hubungan yang benar dengan manusia di dalam Yesus Kristus, manusia benar dan sejati itu.[9]

Manusia


1.   Bab III menyangkut jawaban atas pertanyaan: Siapakah manusia itu?
     Di sekitar kita terdapat bermacam-macam paham menge-nai manusia (anthropologi). Ada paham yang mengata-kan bahwa manusia itu ilahi, ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah makhluk. Karena manusia adalah ciptaan, maka sebenarnya kedudukannya sering tidak lain daripada boneka yang hidup. Sering manusia dalam kesalehannya dan kedudukannya sebagai ciptaan/ makhluk belaka terlalu cepat dan mudah bersembunyi di balik kedudukan itu. Manusia terlalu cepat menyerah kepada takdir, nasib atau dalle’ sebagai kehendak Allah yang tidak dapat dan tidak boleh dihindari.
     Pendapat demikian akhirnya menjadikan Allah bertang-gung jawab atas yang jahat dan yang salah. Allah yang menghendaki. Di lain pihak ada pendapat bahwa manusia itu serba bisa. Ilmu pengetahuan dan tehnologi membuka kemungkinan-kemungkinan yang bisa menjadi-kan manusia ilahi. Bahkan manusia yang serba bisa itu akhirnya bukan saja menempati kedudukan Allah Pencipta, melainkan ia bisa juga menyangkal Allah.
     Bagaimana pandangan Alkitab? Butir 1, 2, 3 dalam Bab III ini merupakan inti pengakuan kita mengenai manusia yang hina, tetapi mulia.
     Ia diciptakan hampir sama seperti Allah, namun ia tetap ciptaan/makhluk belaka. Dalam kekecilannya manusia adalah makhluk, namun ia adalah makhluk yang bertang-gung jawab dan itulah kebesarannya.
     Segala sesuatu harus kita pertanggungjawabkan di hada-pan Allah. (Pkh. 12:14 - bnd. 11:9).

2.      Manusia adalah satu kesatuan yang utuh, terdiri dari jiwa/ roh dan tubuh.
Bukan saja jiwa yang penting, tetapi juga tubuh. Sebab itu, kesejahteraan jiwa/roh dan tubuh sama pentingnya. “Tidak tahukah kita bahwa tubuh kita adalah rumah Roh Kudus/Bait Allah?” (1Kor. 6:19).
Dengan demikian kita bertanggung jawab untuk hidup suci. Kesucian dan kesejahteraan menyangkut pula tang-gung jawab di bidang seks, narkotika, kelestarian lingku-ngan, polusi, dan sebagainya.
3.      Pandangan tentang manusia menurut Alkitab tidak mungkin tanpa menyebut dosa.
Dosa adalah pemberontakan terhadap Allah dan sekaligus pemutusan hubungan dengan Allah. Akibatnya ialah maut. Manusia binasa di hadapan Allah, tetapi kasih setia Allah di dalam Yesus Kristus telah menyelamatkannya.
4.      Malapetaka, penyakit, penderitaan, adalah akibat dari dosa manusia, karena seluruh ciptaan Allah sudah berada di bawah pengaruh dosa (Rm. 8:20,22).
Namun tidak dapat dikatakan bahwa setiap malapetaka, penyakit atau bentuk penderitaan lainnya adalah akibat langsung dari dosa tertentu.
Memang tidak dapat disangkal bahwa semua dosa bisa saja langsung mendapat hukuman dari Allah, tetapi te-rutama di dalam tugas penggembalaan kita tidak boleh terlalu mudah mencari-cari dosa tertentu sebagai penye-bab dari suatu penderitaan. Kita mengenal dosa dari Alkitab. Itulah sumber pengenalan kita.


[1]     Kej. 1:26; Ef. 4:24; Kel. 3:10.
[2]     Kej. 1:26-27; 2:15.
[3]     Kej. 1:26, 28; Mzm. 8:6-9.
[4]     Kej. 2:7; 1Kor. 6:13-15, 20; 7:34; Flp. 3:21; 1Tes. 5:23; Yak. 2:26.
[5]     Kej. 3:6-7; Rm. 3:23 - bnd. 1Yoh. 2:16.
[6]     1Yoh. 3:4; Yoh. 15:23-24; Luk. 15:21; Kej. 6:5; 8:21; Mrk. 7:21-23; Rm. 6:23; 5:12; 7:18-19.
[7]     Mzm. 14:1-3; 53:2-4; Kej. 3:14-24; Hos. 1:2; Yoh. 8:34; Rm. 1:18; 2:5; 3:10-18; 6:23; 7:13-26; Ef. 2:1.
[8]     Rm. 3:20; 7:7; Yoh. 16:7-11; Luk. 13:1-5; Yoh. 9:3-4.
[9]     Yoh. 3:16; Rm. 3:23-26; 5:15, 17, 21 - bnd. Rm. 8:29; 1Kor. 15:45-49; 2Kor. 3:18; 4:4; Kol. 1:15.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar